Kisah ini berawal dari ingatanku tentang hari ulang tahun seseorang
yang sudah 4 tahun lamanya tak ku jumpai semenjak perpindahanku dari
kota tempat ku bertumbuh, makassar. Entah apa yang aku pikirkan saat
itu, dengan segap tanggal itu “27 maret” mengingatkanku padanya, pada
seseorang yang sketsa wajahnya pun sulit aku lukiskan. Ya, mungkin
karena saat bertemu dengannya pertama kali aku masih sangat kecil, masih
duduk di bangku SMP kelas 1 dan dia duduk di bangku SMA kelas 1. Dengan
penuh rasa canggung, deg-degan, aku menekan angka-angka telepon rumahku
dengan panduan nomor telepon yang masih tersusun rapi di dalam memori
ingatanku.
“Halo, assalamualaikum,” suara wanita tua dari seberang sana, mungkin suara ibunya.
“Iya, walaikumssalam. Bisakah saya berbicara dengan Sadly?” ya, namanya
Sadly, deretan 5 huruf yang tak asing lagi ku sebut. Oh yah namaku
Stefanie, panggil saja Fanie.
Semenjak hari itu, kami makin sering berkomunikasi via telepon.
Hampir sebulan canda dan tawa selalu menghiasi percakapan kami bahkan
rasa nyaman dan perasaan yang sulit dijelaskan itu pun tumbuh di antara
kami berdua. Tepat di hari ulang tahunku, 25 april 2007 aku menerimanya
sebagai pacarku yang sebelumnya aku membuatnya menunggu jawaban selama
seminggu.
Setahun 2 bulan s