Kisah ini berawal dari ingatanku tentang hari ulang tahun seseorang
yang sudah 4 tahun lamanya tak ku jumpai semenjak perpindahanku dari
kota tempat ku bertumbuh, makassar. Entah apa yang aku pikirkan saat
itu, dengan segap tanggal itu “27 maret” mengingatkanku padanya, pada
seseorang yang sketsa wajahnya pun sulit aku lukiskan. Ya, mungkin
karena saat bertemu dengannya pertama kali aku masih sangat kecil, masih
duduk di bangku SMP kelas 1 dan dia duduk di bangku SMA kelas 1. Dengan
penuh rasa canggung, deg-degan, aku menekan angka-angka telepon rumahku
dengan panduan nomor telepon yang masih tersusun rapi di dalam memori
ingatanku.
“Halo, assalamualaikum,” suara wanita tua dari seberang sana, mungkin suara ibunya.
“Iya, walaikumssalam. Bisakah saya berbicara dengan Sadly?” ya, namanya Sadly, deretan 5 huruf yang tak asing lagi ku sebut. Oh yah namaku Stefanie, panggil saja Fanie.
Semenjak hari itu, kami makin sering berkomunikasi via telepon. Hampir sebulan canda dan tawa selalu menghiasi percakapan kami bahkan rasa nyaman dan perasaan yang sulit dijelaskan itu pun tumbuh di antara kami berdua. Tepat di hari ulang tahunku, 25 april 2007 aku menerimanya sebagai pacarku yang sebelumnya aku membuatnya menunggu jawaban selama seminggu.
Setahun 2 bulan s
udah hubungan kami terjalin dengan penuh kesabaran dan tentu saja dengan penuh rasa ingin bertemu. Ya hubungan jarak jauh yang sangat meletihkan, yang benar-benar menguras batin akhirnya terbayar sudah dengan kelulusan SMA-ku dan permintaan kedua orangtuaku yang menginginkan aku melanjutkan sekolahku di kota yang sudah lama ku tinggalkan, makassar. Kota kenangan masa kecilku dan kota tempat tinggal lelaki yang aku cintai, yang selama ini menjadi pacar LDR-ku.
Betapa bahagianya diriku kala itu hingga untuk melukiskannya pun begitu sulit untuk aku lakukan. Hari itu pun tiba, pesawat siang pun menjadi pilihan jadwal keberangkatanku. Semua berkas masuk perguruan tinggi pun sudah aku siapkan seminggu sebelum jadwal keberangkatan. Oh Tuhan, rasa deg-degan pun mulai menyelimutiku, serasa ingin ku batalkan saja keberangkatanku saat itu.
“Mami, Papi, aku berangkat yah,” pamitku pada kedua orangtuaku yang tentunya kan ku temui lagi setiap 6 bulan sekali nantinya.
“Iya, hati-hati, telepon kami ketika sampai di makassar, dan belajar yang benar.” kata papiku yang mengingatkan anak gadisnya di mana ini kali pertama aku dan orangtuaku harus tinggal di kota yang berbeda. Aku pun bergegas, melangkahkan kakiku menyelesaikan pengurusan check in, bagasi dan pembayaran boarding pass lalu menuju ruang tunggu. Aku pun mengambil handphone-ku dan menelepon Sadly yang sudah tidak sabar ingin bertemu denganku.
“Halo, aku udah di bandara, sekitar 45 menit aku berangkat. Perjalanan 1:45 menit untuk sampai di bandara makassar, jadi jemput aku sekitar jam 2:30 pm,” kataku tanpa space padanya, mungkin karena terlalu senang dan tak sabaran hehehe.
“Oke, oke, oke sayang, hati-hati, jangan lupa berdoa, aku sayang sangat sama kamu, I miss you, waiting you here beib. Love you so much,”
“Love you too beib.” percakapan kami pun berakhir.
Perjalanan yang sangat melelahkan, tibalah aku di bandara hassanuddin. Barang dari bagasi pesawat pun telah aku ambil. Inilah waktu yang sudah lama kami nantikan. Pertemuan pertama di bandara yang sangat romantis. Boneka panda pun menjadi hadiah pertama darinya. Sungguh dia lelaki teromantis dan lelaki yang benar-benar mampu membuat hatiku hanya fokus mencintainya.
Singkat cerita, aku pun memilih kuliah di tempat yang sama dengannya, STMIK dipanegara. Pergi kuliah bareng, pulang bareng, belajar bareng menjadi kebiasaan kami di setiap harinya. Dia adalah sosok lelaki yang paling romantis dan penuh kejutan, entah berapa kejutan yang sudah dia berikan padaku. Semuanya begitu membahagiakan selama 1 tahun 2 bulan berada sekota dengannya. Namun kebahagiaan itu perlahan mulai memudar di kala orangtua Sadly mengetahui adanya perbedaan agama di antara kami. Penolakan dari pihak orangtuanya pun muncul. Bahkan untuk mencari tahu alamat rumahku, mereka rela membuntuti kami berdua seusai kami lari pagi.
4 tahun 5 bulan kami berdua berjuang untuk mempertahankan hubungan kami ini. Namun apa daya kami, kami terkalahkan oleh kerasnya keegoisan kedua orangtuanya. Rasa kasihan pun merasuk ke diriku pada mereka. Sampai akhirnya aku dan Sadly harus mengakhiri semua perjuangan kami itu. Dan hal tersulit adalah ketika harus berusaha melupakan semua hal tentang dirinya, bahkan hal yang paling berkesan sekali pun. 7 bulan putus denganku, Sadly pun dijodohkan oleh orangtuanya. Kabar terakhir yang aku dengar, dia telah menikah dan memiliki 2 anak yang cantik dan cakep.
Note:
Bahagiamu adalah bahagia. Meski tak bisa bersama, aku tak pernah menyesal pernah mencintaimu. Kisah kita begitu hebat untuk dilupakan. Bahkan terlalu hebat untuk dituliskan. Satu hal yang aku ingat darimu ketika kamu akan menikah. “Aku yakin kamu akan menemukan seseorang yang jauh lebih baik dariku dan jauh lebih memperjuangkanmu, kisah kita begitu hebat yang suatu saat aku akan menceritakan semuanya kepada anak-anakku kelak. I will always love you, thanks have been belong me from 4 years 5 months ago.”
Cerpen Karangan: Stefanie A. Jaflaun
“Halo, assalamualaikum,” suara wanita tua dari seberang sana, mungkin suara ibunya.
“Iya, walaikumssalam. Bisakah saya berbicara dengan Sadly?” ya, namanya Sadly, deretan 5 huruf yang tak asing lagi ku sebut. Oh yah namaku Stefanie, panggil saja Fanie.
Semenjak hari itu, kami makin sering berkomunikasi via telepon. Hampir sebulan canda dan tawa selalu menghiasi percakapan kami bahkan rasa nyaman dan perasaan yang sulit dijelaskan itu pun tumbuh di antara kami berdua. Tepat di hari ulang tahunku, 25 april 2007 aku menerimanya sebagai pacarku yang sebelumnya aku membuatnya menunggu jawaban selama seminggu.
Setahun 2 bulan s
udah hubungan kami terjalin dengan penuh kesabaran dan tentu saja dengan penuh rasa ingin bertemu. Ya hubungan jarak jauh yang sangat meletihkan, yang benar-benar menguras batin akhirnya terbayar sudah dengan kelulusan SMA-ku dan permintaan kedua orangtuaku yang menginginkan aku melanjutkan sekolahku di kota yang sudah lama ku tinggalkan, makassar. Kota kenangan masa kecilku dan kota tempat tinggal lelaki yang aku cintai, yang selama ini menjadi pacar LDR-ku.
Betapa bahagianya diriku kala itu hingga untuk melukiskannya pun begitu sulit untuk aku lakukan. Hari itu pun tiba, pesawat siang pun menjadi pilihan jadwal keberangkatanku. Semua berkas masuk perguruan tinggi pun sudah aku siapkan seminggu sebelum jadwal keberangkatan. Oh Tuhan, rasa deg-degan pun mulai menyelimutiku, serasa ingin ku batalkan saja keberangkatanku saat itu.
“Mami, Papi, aku berangkat yah,” pamitku pada kedua orangtuaku yang tentunya kan ku temui lagi setiap 6 bulan sekali nantinya.
“Iya, hati-hati, telepon kami ketika sampai di makassar, dan belajar yang benar.” kata papiku yang mengingatkan anak gadisnya di mana ini kali pertama aku dan orangtuaku harus tinggal di kota yang berbeda. Aku pun bergegas, melangkahkan kakiku menyelesaikan pengurusan check in, bagasi dan pembayaran boarding pass lalu menuju ruang tunggu. Aku pun mengambil handphone-ku dan menelepon Sadly yang sudah tidak sabar ingin bertemu denganku.
“Halo, aku udah di bandara, sekitar 45 menit aku berangkat. Perjalanan 1:45 menit untuk sampai di bandara makassar, jadi jemput aku sekitar jam 2:30 pm,” kataku tanpa space padanya, mungkin karena terlalu senang dan tak sabaran hehehe.
“Oke, oke, oke sayang, hati-hati, jangan lupa berdoa, aku sayang sangat sama kamu, I miss you, waiting you here beib. Love you so much,”
“Love you too beib.” percakapan kami pun berakhir.
Perjalanan yang sangat melelahkan, tibalah aku di bandara hassanuddin. Barang dari bagasi pesawat pun telah aku ambil. Inilah waktu yang sudah lama kami nantikan. Pertemuan pertama di bandara yang sangat romantis. Boneka panda pun menjadi hadiah pertama darinya. Sungguh dia lelaki teromantis dan lelaki yang benar-benar mampu membuat hatiku hanya fokus mencintainya.
Singkat cerita, aku pun memilih kuliah di tempat yang sama dengannya, STMIK dipanegara. Pergi kuliah bareng, pulang bareng, belajar bareng menjadi kebiasaan kami di setiap harinya. Dia adalah sosok lelaki yang paling romantis dan penuh kejutan, entah berapa kejutan yang sudah dia berikan padaku. Semuanya begitu membahagiakan selama 1 tahun 2 bulan berada sekota dengannya. Namun kebahagiaan itu perlahan mulai memudar di kala orangtua Sadly mengetahui adanya perbedaan agama di antara kami. Penolakan dari pihak orangtuanya pun muncul. Bahkan untuk mencari tahu alamat rumahku, mereka rela membuntuti kami berdua seusai kami lari pagi.
4 tahun 5 bulan kami berdua berjuang untuk mempertahankan hubungan kami ini. Namun apa daya kami, kami terkalahkan oleh kerasnya keegoisan kedua orangtuanya. Rasa kasihan pun merasuk ke diriku pada mereka. Sampai akhirnya aku dan Sadly harus mengakhiri semua perjuangan kami itu. Dan hal tersulit adalah ketika harus berusaha melupakan semua hal tentang dirinya, bahkan hal yang paling berkesan sekali pun. 7 bulan putus denganku, Sadly pun dijodohkan oleh orangtuanya. Kabar terakhir yang aku dengar, dia telah menikah dan memiliki 2 anak yang cantik dan cakep.
Note:
Bahagiamu adalah bahagia. Meski tak bisa bersama, aku tak pernah menyesal pernah mencintaimu. Kisah kita begitu hebat untuk dilupakan. Bahkan terlalu hebat untuk dituliskan. Satu hal yang aku ingat darimu ketika kamu akan menikah. “Aku yakin kamu akan menemukan seseorang yang jauh lebih baik dariku dan jauh lebih memperjuangkanmu, kisah kita begitu hebat yang suatu saat aku akan menceritakan semuanya kepada anak-anakku kelak. I will always love you, thanks have been belong me from 4 years 5 months ago.”
Cerpen Karangan: Stefanie A. Jaflaun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar